Keunikan kekayaan budaya Indonesia yang harmonis dengan alam membentuk keberagaman arsitektur yang luar biasa indah, nyaman, dan fungsional. Demikian pula dengan Arsitektur Bali. Sebagai daerah di Indonesia yang sudah sangat dikenal dunia, Arsitektur Bali menjadi contoh kekayaan dan kekhasan arsitektur Indonesia yang menggugah kreativitas untuk memadukannya dengan gaya modern. Lalu bagaimana cara memadukan arsitektur rumah Bali dengan gaya modern?
Filosofi Arsitektur Bali
Arsitektur Bali sangat dipengaruhi unsur agama Hindu, mulai dari organisasi ruang sejak awal gerbang sampai tata letak ruang, serta detail ukirannya. Secara garis besar, arsitektur Bali dirancang dengan 7 filosofi, yaitu:
- Tri Hata Karana: menciptakan harmoni dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan – manusia (atma), alam (angga), dan dewa-dewa (khaya).
- Tri Mandala: aturan pembagian ruang dan zonasi
- Sanga Mandala: seperangkat aturan pembagian ruang dan zonasi berdasarkan arah
- Tri Angga: konsep atau hierarki antara alam yang berbeda
- Tri Loka: mirip dengan Tri Angga tetapi dengan alam yang berbeda
- Asta Kosala Kosali: 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, kuil, tahapan, dan satuan pengukuran
- Arga Segara: axis suci antara gunung dan laut
A.Ciri Khas Arsitektur Bali
1. Harmoni dengan Alam
Konsep harmonisasi dengan alam menjadi karakter dan watak dasar arsitektur Bali. Keharmonisan ini diperkuat melalui pemanfaatan material batu alam, ukiran kayu, dan bambu. Material alami ini diharapkan dapat menciptakan keharmonisan antara manusia dengan lingkungan, antar sesama manusia, dan kedekatan manusia dengan Sang Pencipta.
Keharmonisan dengan alam ditampilkan dengan batu alam sebagai lantai area duduk, pohon pisang kipas sebagai point of interest taman belakang, dan pemanfaatan sedikit tanaman untuk menunjukkan kesan kesederhanaan dan konsep modern minimalis.
Jumlah dan deretan kursi kayu sengaja dirancang untuk menunjukkan keharmonisan dari kebersamaan dengan sesama manusia, yang sama-sama menghadap taman untuk mengagumi keindahan taman dan langit ciptaan Tuhan.
2. Ukiran di batu dan kayu
Ukiran Bali mendapat pengaruh dari agama Hindu Majapahit. Awalnya ukiran ini diletakkan di tempat ibadah, namun seiring perkembangan zaman, patung dengan pahatan unik menjadi gaya arsitektur yang identik dengan Bali.
3. Zonasi ruang yang rapi
Keseimbangan pembagian ruang diperoleh dari penerapan filosofi Tri Angga dengan tiga tingkatan, yaitu utama, madya, dan nista.
Penerapan Tri Angga dalam konsep modern mengalami pergeseran menjadi ruang publik, semi publik, dan ruang pribadi. Halaman sebagai ruang publik, teras antara halaman dan kamar tidur sebagai area semi publik dengan kursi kayu panjang di kaki ranjang sebagai pembatas area semi publik, dan tempat tidur pada area pribadi.
B.Aspek Utama Arsitektur Bali
1. Sistem ventilasi yang baik
Arsitektur Bali menggunakan jendela besar atau ruang di antara atap dan dinding bangunan untuk sirkulasi udara yang baik.
2. Fondasi yang Kokoh
Filosofi Tri Loka mengandaikan rumah seperti tubuh manusia dengan kaki sebagai dasar yang kuat.
3. Halaman yang Luas
Harmonisasi dengan alam membutuhkan halaman yang cukup luas agar dapat berkomuniksai dengan alam sekitarnya. Pohon dengan batang unik berpadu indah dengan pola jalan beton diselingi rumput dan pondok berikut bale bengong dari kayu.
4. Tembok Penjaga
Dalam Arsitektur Bali, tembok lebih berperan spiritual selain fungsi utamanya untuk keamanan dan privasi dari pandangan luar. Secara spiritual, tembok tinggi dipercaya dapat menangkal ilmu hitam dan roh jahat.
Sebenarnya, tujuan gaya arsitektur tradisional dan modern adalah sama-sama untuk memberikan kenyamanan yang fungsional untuk manusia penggunanya. Keduanya juga menerapkan keindahan arsitektur dengan keindahan elemen yang berfungsi optimal. Jadi, tidaklah sulit memadukan arsitektur Bali atau pun arsitektur tradisional lainnya dengan gaya modern. Lagi-lagi, pengetahuan, kepiawaian, dan dedikasi sang arsiteklah yang dapat menjawab semua tantangan untuk memadukan berbagai gaya arsitektur.